WELCOME TO FERA FRUJYER DA VANILALAFHE BLOG'S PLEASE USE INTERNET EXPLORE TO OPEN

MY LIVE,MY MIND,MY DAY,MY DREAM: ":: HOLIDAY :: VACANCES :: FEIERTAG :: DÍA DE FIESTA :: LIBURAN :: " part 6

Sabtu, 04 Juli 2009

A STORY
“ hmm bagaimana jika aku tetap disini “ aku berkata
“ maksud mu kau tak mau ikut bersama kami ? “ ibu ku berbicara dengan agak kecewa
“ hmm ya mungkin begitu…..” suara ku pelan, aku tidak sanggup berkata lagi. Aku takut memaksanya , memaksa diriku mengeluarkan kata-kata bohong demi untuk tinggal disini. Aku sungguh tidak menginginkan liburan yang selalu pergi kekampung halamannya, berdiam diri, bermalas-malasan sementara tugas ku terlantar, dengan sarana dan prasarana yang minim sulit untuk berkomunikasi, benar-benar seperti tinggal dihutan dengan pohon yang terganti bangunan.
Sejenak ibu ku terdiam. Aku menunggu jawabannya dengan was-was. Lalu sedetik kemudian dia bicara
“ ya silahkan saja kau tinggal disini, toh ada kakak mu yang bisa menemani, ibu tak memaksa jika kamu tak mau, lagi pula kedatangan kami kesana hanya untuk mengurus masalah rumah sedikit “ tegasnya
“ benar kah ? aku boleh tinggal disini sendiri ? “ aku senang, tidak percaya ibu mengizinkan ku untuk diam disini, tapi belum sepenuhnya diperbolehkan. Tentu saja aku harus mengulang pendapat yang sama saat ayah datang nanti.
Jam menunjukan pukul 8 malam, aku belum mau meninggalkan novel yang sedang ku baca ini. Samar –samar aku mendengar suara yang tidak asing bagi ku, suara lelaki berumur 41 tahun yang sedang bemain dengan anaknya, aku sadar bahwa ayah ku sudah pulang, tapi aku masih terhayut dengan roman yang indah ini, lalu aku lanjutkan bacaan ku sebelum memutuskan untuk kebawah bertanya tentang kepastian besok. Setelah beberapa halaman ku baca, akhirnya aku turun untuk menemui ayah ku, tapi saat menurungi tangga terlihat ayah yang sudah bersiap untuk menaiki tangga. Keinginan untuk bertanya aku urungkan. Rasanya tidak tepat situasinya untuk bertanya, kata ku dalam hati.
Bebrapa jam kemudian , aku masih mengunggu ayahku turun , agar aku bisa menyanyakan kepastian itu, tapi dia tak kunjung muncul. Lalu kunaiki tangga besi yang menghubungkan ruang atas dan bawah dirumahku. Tidak sulit untuk mencari ayah, mungkin karena ruangannya sedikit jadi sebentar saja sudah bisa ditemukan. Setelah mendapati ayah sedang tidak sibuk, ragu-ragu aku berkata “ aku tidak usah ikut pergi besok ya “ bingung, apakah pilihan kataku tepat atau tidak.
Ekspresinya datar , aku takut jawabanya berbeda denang yang ku harapkan. Tiba- tiba ibu muncul dan menggandengku menjauh dari ayah. “ nanti saja kita bicarakan lagi, sekarang ayah mu sedang sadikit sakit “ aku diam dan pergi, masih dengan ketidak pastian tentunya.
Malam hari aku terus berpikir tentang besok, aku sudah sering menunjukan ketidak betahanku dikampung, dengan cara cemberut, malas-malasan , dan semua argument-argumen yang bisa aku jelaskan dan membantu agar aku tidak pergi kesana, tapi hasilnya tetap saja, aku pergi dengan senyum palsu diluar.
Pagi ahri saat semuanya sudah bersiap untuk berangkat, aku masih bingung dan melamun tentang keputusan dan nasib pendapat yang ku buat.
“Kenapa kau belum bersiap-siap ? “ tanya saudaraku membuyarkan lamunanku
“ aku tidak ikut “ jawab ku singkat
Ayah ku datang dengan pakaian yang sudah siap untuk pergi
“ jadi kamu tidak ikut ? sudah yakin ? “
“ ia tentu aku yakin, aku bisa jaga diri kok ,tenang saja “
“ benar ? “
Belum sempat aku menjawab ibu sudah menyambar ikut dalam pembicaraan aku dan ayah, denang nada yang aneh di berkata “ ia yakin kamu disini ? oh kamu tidak amu pulang karena tidak mau bertemu dengan orang tua disana ? kamu takut ? ingin sendiri tanap diganggu orang lain ? pasti main terus dengan computer ! “
Aku aneh dengan sikap ibu, jelas aku tidak terima ia berkata demikian meski memang sebagian benar tapi nada bicaranya sangatlah kasar, aku tidak suka dikatakan seperti itu, aku kan hanya berpendapat bukan menolak lagi pula ibu sudah mengizinkan ku untuk tinggal sendiri dirumah, tapi kenapa tiba-tiba begini ? aku sungguh tidak mengerti kenapa bisa begini. Sambil memikirkannya aku keatas, bersiap berkemas demi menepis prasangka buruk tadi, jelas ada unsure pemaksaan dalam diriku untuk berpendapat dan mengeluarkan kata-kata yang mungkin bisa membuat ku tetap disini, tapi aku terlalu pusing untuk berkata-kata.
Dengan cepat aku ambil jaket lalu ku kenakan , dan celana jeans yang aku lihat dari lemari. Aku membawa bekal seadanya tentu saja, berupa jejalan baju ganti yangberjumlah sepasang dan sebuah novel yang sedang ingin ku baca, ya setidaknya aku bisa melakukan kegiatan ini ( membaca novel ) untuk betahan hidup tanpa kebosanan.
Terdengar suara ibu memanggil, meskipun masih kesal, tapi tetap tidak adil membuat ibu berteriak-teriak memanggil nama ku demi aku muncul dihadapannya. Dengan cepar aku membalas teriakannya
“ iya ibu sebentar “ sambil menuruni tangga
Ternyata belum sampai aku dibibir tangga, ibu sudah bersiap dihadapanku.
“ ibu berkata seperti itu bukan untuk kamu, tapi untuk om kamu yang jarang sekali pergi kakampung halamannya , ya ibu sedikit ingin menyinggungnya tadi, jika kamu mau tetap disini, tidak apa “ suara ibu kembali sejuk seperti biasanya, ibu yang ku kenal. Tapi bagaimana pun aku belum mendapatkan persetujuan ayah. Aku kebawah dan berbicara dengannya.
“ sebenarnya ayah khwatir jika kamu sendiri disni, tapi jika kamu menginginkannya, ya ayah tidak memaksa, lagipula, tetangga sebelah mu juga sendiri , tadi ibu dan kakak nya pergi, jadi kau mungkin bisa bermain denganya jika bosan dirumah “ suara ayahku menerangkan dan membuat kepastian dalam benakku.
“ jangan lupa jaga diri, makan ya sayang “ ibu mngecup dahi ku
“ iya tentu saja “ aku tersenyum, akhirnya semua jelas, dan aku tetap disini.
Setelah persiapan selesai keluargaku pergi kekampung, dan aku ? ya tentu saja home alone, tapi sepertinya asik karena aku punya banyak rencana dirumah, hmmm mungkin rencana untuk pergi bersama teman aku urungkan, tentu saja karena tidak ada kelurgaku dirumah, aku tidak mau tetangga ku berargumen macam-macam kenapa aku ditinggal sendiri.

0 Comments:

Post a Comment